Bagian Empat Belas: Perihal Kabar Diri Sendiri

 


Halo semuanya! Lama juga ya tidak bersua. Gak kerasa hampir setengah tahun, nih. Saatnya aku kembali bercerita dengan bebas! Hahaha. Seperti biasa, aku bakal mulai dengan satu pertanyaan terbuka:

Kapan terakhir kali kamu menanyakan kabar diri sendiri di depan cermin?

Kalau gak salah ya, di dalam dunia psikologi hal ini disebut self check-in. Yaitu memastikan apa yang kamu rasakan dan juga pikirkan, tindakan apa yang akhir-akhir ini sering kamu lakukan, kebiasaan baik dan buruk apa yang sekiranya harus dipelihara dan dibenahi lebih lanjut, dan sebagainya.

Self check-in ini gak cuma bagus buat dilakuin ke diri sendiri loh. Tapi juga penting banget buat dilakuin sama orang terdekat, contohnya keluarga, pasangan, dan juga sahabat kita. Karena, gak semua orang punya kesempatan untuk bisa mempunyai figur yang willing to listen, termasuk diri sendiri.

At the end of the day, being with ourselves is the best company.

Ini yang aku rasain banget sih. Karena aku cukup beruntung bisa termasuk golongan orang yang  'nyaman' dengan keadaan diriku. Pernah gak sih terpikir kalau kita sering susah payah berusaha mengenal orang lain, tapi merasa asing dengan diri sendiri? Menurutku, ketika aku sudah bisa set boundaries dan tahu betul apa saja hal yang aku mau dan aku butuhkan, juga hal-hal yang aku sukai dan yang tidak bisa aku tolerir, itu tandanya aku sudah mengenal diriku dengan cukup baik.

Kuakui memang, merupakan PR besar untuk bisa mencapai tahap seperti itu. Karena aku pun yang sudah merasa diri ini cukup tegas, ternyata masih sering terjebak di lingkaran people pleaser juga. Tetapi semakin dewasa, aku mencoba untuk terus memahami diri ini dan berusaha tegas terhadap hal-hal yang berada dibawah kuasaku. Lah terus, output-nya gimana? Pada dasarnya sih, gak semua hal itu berada dalam kontrol kita, bukan?

Setahun belakangan, jujur aku melihat banyak sekali perubahan pada diriku dan juga lingkungan sekitar. Mungkin ini juga berkat inner work yang selalu aku lakukan. Jujur aku sedang berada di fase 'menyelam diri lebih dalam'. Entah itu dari segi spiritual, intelektualitas, pengalaman, dan sebagainya.

Aku cukup bangga dengan diriku sendiri karena aku merasa bahwa kemampuan problem solving-ku jauh lebih berkembang ketimbang sebelumnya. Pelan-pelan, aku juga merasa kembali ke jati diriku yang seutuhnya. Seorang Ismi yang ceria, riang, dan senang berada ditengah kerumunan.

Sebelum aku menulis ini, aku sempat membaca tulisanku di bagian dua belas; berdamai dalam ramai. Mungkin karena trauma hebat yang sempat kualami dua tahun lalu, membuatku begitu terpuruk sehingga aku merasa sedemikian tersiksa dan melelahkannya berada di hiruk-pikuk keramaian, sebuah hal yang sangat kugemari dahulu.

Di tulisan itu, aku menulis bahwa aku menghindari cafe yang overcrowded dan juga tempat konser, kan? Dan tebak apa.. aku berhasil mendatangi 3 konser dan beberapa cafe ramai! Bahkan di salah satu konser itu, aku merasa nyaman untuk menanyi sendirian dan berteriak lepas! Sebuah hal yang benar-benar tidak kusangka sebelumnya. Berkat inner work yang kulakukan, aku merasa telah mengembalikan kepercayaan diriku yang sempat hilang.

Aku merasa bahwa jikalau hal-hal buruk itu tidak menimpaku, maka bisa dipastikan aku tidak akan berada di titik ini sekarang. Titik yang kucapai dengan berdarah-darah. Oh, God knows how much tear I cried everytime I talk to Him. Bahkan sampai sekarang, aku belum bisa bilang bahwa diriku pulih sepenuhnya; tapi yang kutahu, diriku sudah jauh lebih baik.

Kalau kamu sadari, cover tulisanku yang ini saja lebih cerah kan tone warnanya ketimbang tulisan sebelumnya? Mungkin hal itu adalah manifestasi diriku yang ingin mekar di bawah matahari layaknya bunga yang sudah lelah dirundung hujan terus-terusan. 

Aku ingat, hampir seminggu yang lalu, aku hampir collapse karena bercerita kejadian dua tahun lalu itu kepada seorang teman lama yang tanpa sengaja kutemui di salah satu cafe. Aku menangis saking tidak kuatnya. Padahal aku sangat benci menangis apalagi ketika sedang full face makeup. Sayang makeup tsay. Kan mahal. Wkwkwk.

Selain inner work, aku juga memulai ulang self concept diriku dari yang negatif menjadi lebih positif. Memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mampu. Semua yang ada di alam semesta ini adalah energi. Termasuk manusia. Segalanya bisa berubah karena kekuatan pikiran.

Contoh kecilnya saja, aku sudah tidak membiarkan mood mengendalikan hariku. Dulu ketika SMA, aku lumayan sering 'pundung' cuma karena aku telat ke sekolah dan mendapat 'hadiah' wajah masam dari guru-guru yang tidak senang. Gimana gak pundung, orang di jalan udah ngebut, sampai sekolah kena omel, sama temen jadi gak enak. Tapi itu tujuh tahun yang lalu. Kalau sekarang, ada hal kecil apapun yang berpotensi merusak mood, bakal cepat-cepat aku tangani. Caranya? Banyak. Main sama kucing, ngelawak sendiri walaupun gak lucu, nonton konten receh, dan sebagainya. 

Mencari satu dua hal baru--atau hobi juga salah satu alternatif yang cukup membantu. Akhir-akhir ini, aku sedang rajin merawat rambut. Mulai dari belajar deep-oiling yang benar, membuat DIY hair tonic dari tanaman Rosemary, dan lain-lain. Merawat diri juga salah satu caraku menghargai sekaligus memberi hadiah untuk diriku sendiri. Kepuasan memakai bahan-bahan DIY yang dibikin dengan tangan sendiri ketimbang membeli produk jadi memang berbeda menurutku. Begitu juga dengan hal lain seperti memasak, dan sebagainya.

Sekali lagi, semua hal tersebut bukan proses yang sebentar. Takes a lot of time and patience. 

Oh iya, aku juga ingin berterimakasih yang banyak sekali untuk para mentor perempuanku yang selalu membagikan ilmu-ilmunya seperti TheWizardLiz, Shera Seven, dan Tresnany Moonlight. Berkat mereka dan banyak orang lainnya sudah membantuku melawan keterpurukan, ketakutan, dan juga kesedihan ini. Tidak lupa dengan keluarga dan juga teman-teman karibku yang memberikan dukungan penuh! Sayang kalian semua <3

Pada akhirnya, manusia akan terus menerus belajar sampai akhir hayat. Manusia akan terus berproses seiring bertambah usia, entah secara mental, fisik, pola pikir, dan hal-hal krusial dalam kehidupan lainnya. Yang dibutuhkan hanya satu; kemauan untuk terus berkembang menjadi lebih baik. Tidak jalan ditempat layaknya seeokor hamster yang berlari ditempat yang sama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagian Lima Belas: Surat yang Tidak Pernah Kamu Baca

Bagian Tujuh Belas: Efek Samping Kehilangan

Bagian Delapan Belas: Perihal Krisis Seperempat Hidup