Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Bagian Empat: Ucapkan Selamat Tinggal, 2018!

Gambar
Dalam hitungan beberapa jam kedepan, tahun 2018 akan segera berakhir dan digantikan dengan tahun yang baru, yaitu tahun 2019. Berganti tahun berarti menutup lembaran lama dan memulai lembaran baru. Mungkin untuk sebagian orang, ini adalah momen yang paling ditunggu-tunggu. Mungkin ada yang ingin bergegas melangkah ke tahun baru guna memperbaiki kesalahan yang dulu-dulu. Ada juga yang terburu-buru karena sudah siap dengan resolusi yang makin maju. Tapi tidak denganku. Bagiku, 2018 mempunyai cerita tersendiri. Banyak kejadian-kejadian yang tidak akan kulupa dari tahun ini. Dari mulai masa putih abu-abuku yang berakhir, sampai awal aku duduk di bangku perkuliahan, semuanya terjadi di 2018. Semua canda, tawa, bahkan air mata telah kucurahkan. Dan akan tetap kusimpan dalam memori kenangan untuk kuingat di masa depan. Aku ingat betul, rasanya baru kemarin aku berkeliling dengan temanku sejak SMA, Ravli, ke Jembatan Mahkota 2 demi mencari kembang api--mau juga seperti orang-o...

Bagian Tiga: Perihal Cinta yang Hampir Sempurna

Gambar
Selama 18 tahun aku hidup, tentu aku pernah merasakan cinta dengan berbagai cerita. Bukan cinta banget-bangetan sih, aku sendiri merasa menyebut ‘cinta’ itu agak berlebihan. Mungkin lebih tepatnya cinta monyet kali ya—alias cinta kanak-kanak—karena aku merasakannya sewaktu aku masih kecil dan belum pada umur yang ‘legal’ seperti sekarang. Kenapa kusebut cinta monyet karena pada saat itu aku belum mencapai tahap emosional yang cukup stabil (walaupun sekarang juga belum bisa dibilang stabil, sih), atau dengan kata lain masih ... labil. Berbicara tentang cinta, sekarang aku akan membahas perihal cinta yang paling menyayat hati—berdasarkan pengalamanku sendiri—sesuai janjiku pada postingan tentang ‘Cinta Pertama’ yang sudah kutulis dua hari lalu. Dikatakan paling menyayat hati karena cinta yang satu ini bersifat ‘hampir’ dan sedikit lagi akan mencapai tahap yang sempurna. Tahap sempurna karena—seharusnya—aku bisa memberi cinta kepada orang tersebut tanpa khawatir tentang sua...

Bagian Dua: Aku, Insomnia, dan Indomie

Gambar
Duh, liburan semester kuliah pertamaku telah tiba. It’s not that special tho, really . Dari minggu kedua dibulan Desember UAS—Ujian Akhir Semester—ku sudah selesai lalu dilanjut libur sampai awal Februari. Mungkin bagi teman kuliah seperjuanganku yang merantau—apalagi yang tempat asalnya jauh, momen liburan seperti ini adalah momen yang ditunggu-tunggu guna melepas rasa homesick dan bertemu keluarga. Tapi tidak dengan mahasiswa asli daerah sepertiku! Liburan yang lumayan panjang—tapi tidak panjang-panjang amat—seperti ini adalah 50:50 bagiku. Disatu sisi, aku bisa lepas dari semua tugas dosen yang sedikit banyak memusingkan kepala, aku juga bisa meluangkan lebih banyak waktu untuk me-time yang susaaaah bukan main kulakukan ketika hari aktif kuliah. Namun disisi lain, liburan seperti ini tak selamanya membawa dampak positif, apalagi bagi seorang pengidap insomnia akut sepertiku. Dan salah satu dampak dari liburan panjang adalah ... ajang menggendutkan diri! Hahaha. Pusing...

Bagian Satu: Kontradiksi Perihal Cinta Pertama

Gambar
Cinta. Satu kata sejuta cerita. Cinta memang seakan tiada habisnya untuk dibahas. Dikatakan demikian karena tiap orang memiliki cerita dan alur yang berbeda--yang sudah ditulis sedemikian rupa indahnya oleh Tuhan. Aku sendiri tentu pernah mengalami cinta, walau mungkin belum semua cerita sempat kurasa. Dan berbicara tentang cinta, pasti tidak jauh-jauh dari Cinta Pertama atau dalam bahasa inggrisnya ... First Love. Menurut pandangan orang-orang, cinta pertama kerap dikatakan sebagai cinta yang paling memorable atau berkesan, mungkin karena suatu hal yang kita alami untuk pertama kalinya lebih mudah masuk dan diserap otak dengan baik. Segala rasa, tindakan, ucapan, atau apapun yang kita alami bersama cinta pertama kita, terpatri dengan begitu indahnya bahkan katanya, mampu membentuk sebuah bilah sendiri di hati yang khusus menyimpan semua kenangan akan cinta pertama. First love never dies, they said. Sebegitu indah dan istimewanya, pertanyaan-pertanyaan seputar “Sia...

Intro: Tak Baca Maka Tak Sayang

Gambar
Sembari menguap, aku bersikeras melanjutkan tulisan yang bahkan belum kumulai ini. Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, namun aku tetap memilih berkutik dengan perkenalan yang sebenarnya tidak tahu harus kumulai darimana. Ditemani lagu Psycho yang dipopulerkan Russ , seharusnya, dalam keadaan normal, aku sudah terlelap. Beruntung besok tidak ada kelas pagi, batinku. Oh iya, perkenalkan namaku Ismi Nurhaliza. Aku tidak akan menyebutkan tempat tanggal lahir, makanan favorit, zodiak, dan sebagainya seperti biodata anak yang duduk di bangku sekolah dasar. Karena pada dasarnya aku sudah menyandang predikat 'Mahasiswa' yang identik dengan siswa dengan jenjang pendidikan tertinggi. Mengenai namaku, kurasa orang-orang lebih familiar dengan ismiwu  ketimbang Ismi Nurhaliza, bahkan beberapa teman kuliah ada yang memanggilku miw karena ismiwu adalah username instagramku. Dan for your information,  nama panjangku di instagram kutulis dengan bahasa arab, yang sudah dua tahun...