Bagian Empat: Ucapkan Selamat Tinggal, 2018!


Dalam hitungan beberapa jam kedepan, tahun 2018 akan segera berakhir dan digantikan dengan tahun yang baru, yaitu tahun 2019. Berganti tahun berarti menutup lembaran lama dan memulai lembaran baru. Mungkin untuk sebagian orang, ini adalah momen yang paling ditunggu-tunggu. Mungkin ada yang ingin bergegas melangkah ke tahun baru guna memperbaiki kesalahan yang dulu-dulu. Ada juga yang terburu-buru karena sudah siap dengan resolusi yang makin maju.

Tapi tidak denganku.

Bagiku, 2018 mempunyai cerita tersendiri. Banyak kejadian-kejadian yang tidak akan kulupa dari tahun ini. Dari mulai masa putih abu-abuku yang berakhir, sampai awal aku duduk di bangku perkuliahan, semuanya terjadi di 2018. Semua canda, tawa, bahkan air mata telah kucurahkan. Dan akan tetap kusimpan dalam memori kenangan untuk kuingat di masa depan.

Aku ingat betul, rasanya baru kemarin aku berkeliling dengan temanku sejak SMA, Ravli, ke Jembatan Mahkota 2 demi mencari kembang api--mau juga seperti orang-orang yang memeriahkan malam tahun baru. Rasanya baru kemarin aku menjalani try out yang memusingkan kepala, sembari menangis dalam hati karena tinggal menghitung hari untuk berpisah dengan teman-teman kelas Bahasa yang kusayangi. Rasanya baru kemarin aku merasakan jantungku yang berdebar kencang selagi menanti pengumuman hasil SBMPTN. Rasanya juga baru kemarin aku menginjakkan kaki di jalan Malioboro dan mendaki tingginya Gunung Bromo. Rasanya baru kemarin pula aku di ospek kakak tingkatku di kampus. Pokoknya ada banyak, deh, kejadian yang tidak mungkin kutulis satu-persatu disini walaupun aku ingin.

Teruntuk teman-teman yang masih bersamaku di tahun ini, aku sangat berterimakasih karena tidak membiarkan diriku yang memiliki sisi introvert--walaupun sedikit--ini menjadi anti-sosial. Teruntuk teman-temanku yang berpisah denganku di tahun ini, kuharap silaturahmi kita tetap terjaga dan kudoakan agar Allah selalu melindungi dimanapun kalian berada. Dan terakhir, teruntuk kalian, teman-teman yang baru mengenalku tahun ini, bersiaplah ... kalian belum mengenal sepenuhnya sisi gelap dan terangku. Hahaha. Tapi satu hal yang pasti, entah itu baru saja bertemu maupun sudah berpisah, kuharap kita tetap berteman. Untuk waktu yang sangat-sangat lama sekali.

Kuucapkan selamat tinggal, tahun yang menyimpan begitu banyak kenangan. Selamat tinggal, tahun yang begitu menguras air mata. Selamat tinggal, tahun yang mendewasakanku di umur yang ke-18. Selamat tinggal tahun yang mengajarkanku cara berjuang dan juga merelakan. Selamat tinggal untuk semua cinta yang pergi seiring dengan bergantinya hari. Selamat tinggal ... untuk tahun yang tak akan terganti..

Selain selamat tinggal, aku juga ingin berterimakasih. Berterimakasih atas setiap pertemuan di tahun ini. Terimakasih untuk segala pelajaran yang mendewasakan diri. Terimakasih atas segala rindu, cinta, dan kasih sayang yang kuterima sampai detik ini. Terimakasih karena mengizinkanku menulis beberapa penggalan kata guna mengakhiri tahun yang paling berarti.

Terimakasih juga tidak lupa kuucapkan pada Abang Ayam Lalapan langgananku di perempatan Jalan Lambung. Akhirnya dipenghujung tahun ini aku bisa juga merasa sedikit lebih kaya dari hari-hari sebelumnya karena aku memesan ayam besar seharga 20 ribu—biasanya aku cuma mampu membeli paket ayan lalap yang 12 ribu—sebagai dinner terakhirku di tahun 2018. Cielah gaya amat.

Akhirnya BM teroenuhi. Hahaha.


Pokoknya, terimakasih buat semuanya!

31 Desember 2018
Tertanda, Ismi.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagian Lima Belas: Surat yang Tidak Pernah Kamu Baca

Bagian Tujuh Belas: Efek Samping Kehilangan

Bagian Delapan Belas: Perihal Krisis Seperempat Hidup