Bagian Dua Belas: Berdamai Dalam Ramai




Kamu pernah nggak ngalamin pikiran kamu yang kemana-mana, selalu bersuara tanpa kamu minta ketika suasana sedang ramai-ramainya?

Aku pernah melaluinya. 

Masih segar dalam ingatan ketika aku sedang quality time dengan sahabat atau bahkan pacarku, aku tidak bisa memahami sepenuhnya apa yang mereka katakan. Memang, mata dan tubuh ini menghadap ke arah lawan bicara. Namun tidak dengan isi kepala ini yang memilih untuk melanglangbuana.

Entah memikirkan masa depan yang kian tidak karuan, memikirkan beban pekerjaan, memikirkan masa lalu yang selalu membuat diri ini tertahan, memikirkan kekurangan diri sendiri, dan masih banyak pikiran tidak berguna lainnya yang tidak kenal tempat dan waktu.

Dulunya, aku sangat menyukai tempat yang ramai. Tempat yang penuh hiruk-pikuk orang yang sedang berbahagia dan semacamnya. Namun semenjak kejadian seperti ini terus berulang, aku memilih tempat yang lebih tenang untuk jiwa dan ragaku.

Aku menemukan kedamaian yang tidak bisa kujelaskan jika menghabiskan waktu dengan diriku sendiri. Aku akan mencerna dengan runtut pikiran yang mengganggu tadi, dan menemukan solusi terbaiknya--walaupun aku tahu, ada juga beberapa masalah yang tidak membutuhkan solusi, hanya butuh waktu untuk kita bisa melaluinya.

Misalnya saja, ketika aku dibangku kelas 10 dan 11 SMA, aku banyak menghabiskan waktu dengan diriku ketika aku jogging di sore hari. Walaupun terkadang ditemani oleh temanku, namun itu jarang sekali. Dan disitulah, aku bisa lebih mengenal diriku sendiri. Berdamai dengan pikiran-pikiranku, merencanakan apa yang harus kulakukan, dan masih banyak hal menguntungkan lainnya.

Cara lain untukku mengurai beberapa pikiran tersebut adalah.. seperti yang sedang kalian baca sekarang. Yaitu menulis! Menulis membuat perasaanku lebih lega dan ringan daripada sebelumnya. Menulis atau journalling memang terbukti ampuh sebagai salah satu media self heal yang banyak digemari orang-orang.

Kembali pada tempat ramai. Aku tidak tahu apakah ini hanya perasaanku saja.. tapi seringkali tempat ramai membuat energiku cepat habis. Apalagi tempat-tempat tertentu yang benar-benar padat. Duh, pusing! Aku bisa membayangkan diriku langsung terkapar seketika begitu menyentuh kasur.

Sebagai orang yang sedikit sensitif mengenai energi dan berusaha melindungi energi diri, aku sangat menghindari tempat baru seperti coffee shop yang over-crowd. Aku bahkan lupa kapan terakhir kalinya aku pergi menonton konser atau hiburan semacam itu. Menurutku, menonton konser k-pop di kamar jauh lebih menyenangkan.

Namun memang harus kuakui, ada kalanya aku merasa diri ini sangat butuh tempat yang sangat ramai. Tidak peduli rasa kesepian dalam diri ini terbendung atau tidak. Ada fase dalam hidupku yang sangat semangat bertemu orang baru, mengajak mereka berbicara dan mengenalnya lebih jauh.

Aku juga punya sedikit cerita. Tahun lalu tepatnya tahun 2022, adalah salah satu tahun yang cukup berat buatku. Aku masih ingat ketika waktu itu sedang menghabiskan waktu dengan Nadhira di Farmers Market, aku tiba-tiba saja menangis. Aku merasa sangat overwhelmed. Terlalu banyak yang tertahan dan tersimpan yang membuatku merasa lebih rapuh dari biasanya.

Aku rasa banyak orang diluar sana yang seringkali mengalami hal serupa. Ketika raga ini sudah tidak kuasa menahan semua beban yang mesti ditanggung, menangis adalah solusi terbaik untuk melegakan perasaan tidak nyaman itu. 

That was the worst feeling I've ever had.

Aku yakin, jika aku tidak melewati hal seperti itu, aku tidak akan mampu menjadi diriku yang sekarang. Diriku yang lebih matang, lebih dewasa, dan juga self control yang lebih baik atas segala sesuatunya.

Dan hal itu juga yang membuatku memilih untuk berdamai dalam ramai. Entah yang ramai itu adalah orang-orang disekitarku, maupun isi pikiranku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagian Lima Belas: Surat yang Tidak Pernah Kamu Baca

Bagian Tujuh Belas: Efek Samping Kehilangan

Bagian Delapan Belas: Perihal Krisis Seperempat Hidup